Anggota DPRD Balangan Apresiasi Tradisi Unik Kue Bingka Segi Enam di Desa Hukai

KHAS: Kue bingka berbentuk segi enam ini melambangkan simbol kebersamaan dan ketulusan warga Desa Hukai dalam merayakan hari-hari besar Islam - Foto Istimewa


HABARDIGITAL.COM, BALANGAN - Anggota DPRD Kabupaten Balangan, Hanil Tamjid, mengapresiasi tradisi unik masyarakat Desa Hukai, Kecamatan Juai, yang setiap tahun menggelar kegiatan pembuatan kue bingka berbentuk segi enam dalam rangka menyambut hari-hari besar Islam.

Menurut Hanil, tradisi ini memiliki nilai simbolik yang tinggi, mencerminkan kebersamaan dan ketulusan warga dalam memperingati momen keagamaan, khususnya perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW dan bulan-bulan suci Islam lainnya.

BACA JUGA: 19 Juta Investor Pasar Modal dan 8 Juta Investor Saham Tercapai di Penutupan Bulan Inklusi Keuangan 2025

“Kue bingka berbentuk segi enam ini melambangkan simbol kebersamaan dan ketulusan warga Desa Hukai dalam merayakan hari-hari besar Islam seperti menyambut bulan suci Maulid Nabi SAW dan bulan suci lainnya,” ujarnya, Selasa (4/11/2025).

Hanil menilai tradisi tersebut bukan sekadar kegiatan seremonial, tetapi juga merupakan bentuk pelestarian nilai-nilai luhur masyarakat dalam menjaga warisan budaya serta memperkuat ukhuwah Islamiyah di tengah perkembangan zaman.

“Tradisi seperti di Desa Hukai ini patut dilestarikan, karena bukan hanya menonjolkan aspek religi, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga,” tambahnya.

Ia menjelaskan, keunikan bentuk segi enam pada kue bingka memiliki makna filosofis yang mendalam bagi masyarakat Hukai, yaitu menggambarkan kesempurnaan dan keseimbangan hidup, sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW.

BACA JUGA: Momentum Delapan Dekade Hari Listrik Nasional, PLN Optimistis Elektrifikasi Desa Rampung 2027

Dalam setiap perayaan Maulid Nabi, warga bergotong royong menyiapkan bahan dan membuat kue bingka tersebut untuk kemudian dibagikan kepada para tamu dan peserta acara keagamaan.

Hanil berharap tradisi semacam ini dapat terus dijaga dan menjadi inspirasi bagi daerah lain di Kalimantan Selatan dalam memadukan nilai budaya lokal dengan semangat keagamaan.

“Pelestarian tradisi adalah bagian dari menjaga identitas daerah dan memperkuat karakter masyarakat yang religius dan gotong royong,” pungkasnya. (nt/ak)

Lebih baru Lebih lama