BPOM RI Beri Ciri-ciri Es Teh Manis yang Sebaiknya Tak Dibeli, Catat!

 

ILUSTRASI: Es teh salah satu minuman favorit di Indonesia - Foto Net

HABARDIGITAL.COM, JAKARTA - Cuaca panas yang kini melanda sebagian wilayah Indonesia membuat kita menjadi mudah haus. Saat cuaca terik, memang paling nikmat apabila mengonsumsi minuman dingin yang bisa menyegarkan tubuh. Salah satu minuman dingin yang menjadi favorit adalah es teh manis.

Namun, jangan asal minum minuman dingin, ya, Beauties.  Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) meminta masyarakat bijak memilih mana yang aman bagi tubuhSedikitnya dua hal perlu menjadi catatan sebelum membeli es teh manis termasuk kebersihan dan sanitasi. BPOM meminta masyarakat menghindari membeli es teh dengan penyajian seperti berikut:

BACA JUGA: Panas, China dan Filipina Saling Serang Usai Kapalnya Bertabrakan di Laut China Selatan

Gerai atau kios tidak bersih, misalnya banyak lalat dan dekat dengan pembuangan sampah, wadah untuk menyimpan es batu tidak bersih.

Es batu diambil langsung dengan tangan tanpa menggunakan alat bantu, misalnya sarung tangan, sendok, atau penjepit es batu.


"Anjuran konsumsi gula maksimal 50 gram per hari setiap orang. Konsumsi gula melebihi anjuran dapat berisiko menyebabkan obesitas dan diabetes tipe 2," pesan BPOM RI dalam keterangan tertulis, yang dikutip detikcom Senin (18/2).


Sebagai catatan, data Riskesdas 2018 menunjukkan ada 28,7 persen masyarakat Indonesia yang mengonsumsi gula, garam, lemak, melampaui batas aman yang dianjurkan. 

BACA JUGA: Pesawat Tempur Israel Serang 3 Rumah Sakit, Termasuk RS Indonesia di Gaza

Khusus terkait gula, sebanyak 61,27 persen penduduk usia 3 tahun ke atas di Indonesia mengonsumsi minuman manis lebih dari 1 kali per hari, dan 30,22 persen orang mengonsumsi minuman manis sebanyak 1-6 kali per minggu.Bahkan, hanya 8,51 persen orang yang mengonsumsi minuman manis kurang dari tiga kali selama sebulan.

Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu, hal ini berimbas pada peningkatan prevalensi obesitas di usia muda selama 10 tahun terakhir.

Selama 2015, prevalensi berat badan berlebih pada anak 5-19 tahun adalah 8,6 persen, naik di 2016 menjadi 15,4 persen.(net/ak)

Lebih baru Lebih lama