![]() |
ARUNG SUNGAI: Menikmati wisata river tubing mengarungi Sungai Amandit - Foto Dok |
HABARDIGITAL.COM, LOKSADO – Di antara hijaunya gugusan Pegunungan Meratus yang memeluk Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, mengalir deras Sungai Amandit, urat nadi yang tak hanya menghidupi alam dan manusia di sekitarnya, tetapi kini menjelma sebagai denyut baru pariwisata Kalimantan Selatan.
Jika dulu Sungai Amandit lebih dikenal lewat aktivitas bamboo rafting, kini wisata river tubing mengambil panggung. Aktivitas arung sungai yang mengandalkan ban dalam berukuran besar ini kian diminati, menyuguhkan pengalaman menyatu dengan alam yang menyegarkan sekaligus mendebarkan.
Salah satu pelopor jasa wisata river tubing di kawasan ini adalah Harum Manis, yang terletak di Desa Loksado, sekitar 47 kilometer dari pusat kota Kandangan. Di sini, pengunjung bisa memilih jalur tubing sesuai kemampuan dan keberanian, termasuk jalur fun bagi pemula atau yang tak bisa berenang. Dengan waktu tempuh sekitar 45 menit hingga satu jam dan tarif mulai Rp 50.000 per orang, wisata ini dinilai sangat terjangkau.
BACA JUGA: Geopark Meratus Resmi Ditetapkan Sebagai UNESCO Global Geopark (UGGp)
Salah satu momen paling dinantikan dalam tubing adalah saat berhenti di aliran sungai yang tenang dengan latar Gunung Kantauan. Pemandu akan memandu pengambilan gambar dan video membuat kenangan wisata terasa lebih berkesan.
Tak hanya tubing, Sungai Amandit juga tetap populer untuk bamboo rafting. Bahkan kawasan hilir seperti Desa Tumingki mulai dilirik sebagai titik strategis untuk pengembangan destinasi wisata keluarga dan tempat istirahat para pelancong.
Loksado bukan hanya lokasi wisata alam biasa. Ia adalah bagian dari Geopark Meratus, kawasan warisan geologi yang pada 2 Juni 2025 resmi diakui UNESCO sebagai Global Geopark (UGG). Gubernur Kalimantan Selatan, Muhidin, didampingi Duta Besar Indonesia untuk Prancis, Mohamad Oemar, Ketua Harian Geopark Meratus, Hanifah Dwi Nirwana, dan perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), menerima sertifikat UGG langsung di Paris, Prancis. Pengakuan ini menegaskan kekayaan alam dan budaya Pegunungan Meratus sebagai aset dunia.
Di sekitar Loksado, wisatawan dapat menikmati ragam destinasi seperti air panas Tanuhi, air terjun Haratai dan Hanai, Goa Berangin Malutu, serta jejak budaya Dayak Meratus seperti rumah panjang (balai) dan ritual Aruh Ganal.
Puncak Langara di Desa Lumpangi menjadi geosite unggulan. Dari sana, pengunjung disuguhi panorama tiga puncak Gunung Kantauan dan Sungai Amandit yang meliuk lembut di kejauhan.
Tak hanya menyusuri arus dan riam, pengunjung juga dapat mengabadikan momen di spot-spot indah sepanjang perjalanan.
Keindahan dan potensi Loksado ini bahkan telah diangkat melalui berbagai even wisata tahunan antara lain Festival Loksado juga Tour De Loksado.
“Kalau akhir pekan, kami bisa mengantar dua sampai tiga rombongan,” ujar Lana, salah satu pemandu lokal yang sejak pagi sudah bersiap menemani petualang air dari berbagai penjuru daerah.
Dulu, menuju Loksado bukan perkara mudah. Namun kini, jalan dari kota Kandangan sudah beraspal mulus, memudahkan wisatawan menjangkau kawasan ini. Perbaikan jalan dan penanganan longsor yang cepat membuat perjalanan terasa lebih aman dan nyaman.
![]() |
WISATAWAN: Salah satu jasa wisata river tubing dan penginapan di kawasan ini adalah Harum Manis, yang terletak di Desa Loksado - Foto Dok |
Wisatawan pun berdatangan, tidak hanya dari Hulu Sungai Selatan, tapi juga dari kabupaten dan kota lain di Kalimantan Selatan, bahkan pengunjung dari mancanegara. Banyak yang datang berkelompok keluarga, pelajar, komunitas kantor dan tak sedikit yang memilih bermalam.
Kondisi ini turut mendorong pertumbuhan sektor penginapan. Mulai dari glamping di pinggir sungai, homestay, villa, hingga guest house tumbuh pesat di Loksado dan sekitarnya. Tentunya dengan harga yang terjangkau.
BACA JUGA: Mengukuhkan Kalimantan Sebagai Penopang Ketahanan Energi dan Pangan Indonesia
Nafi, Salah satu warga Desa Loksado, menyebut bahwa banyak warga mulai membangun penginapan di lahan milik sendiri. Sebab tak sedikit wisatawan yang menginap dirumah warga.
“Ini memberi motivasi bagi masyarakat untuk mengembangkan usaha pariwisata,” jelas Nafi.
Wisata berbasis alam dan budaya terbukti menyerap tenaga kerja lokal. Dari pemandu hingga pengelola penginapan, membuat warga setempat menjadi bagian dari denyut baru ekonomi hijau. Ini pula yang mendorong pemerintah dan tokoh masyarakat memperkuat investasi lokal.
Nafi juga mengungkapkan, dulunya banyak warga yang hanya mengandalkan penghasilan dari tanaman karet dan kayu manis, kini alam semesta merubah semuanya, menjadikan mereka mendapatkan income dari sektor pariwisata, namun tak meninggalkan hasil alam itu sendiri.
“Selain itu ada pula jasa antar menggunakan motor roda 2 atau istilah ojek dari warga, khususnya para pemuda untuk mengantar pengunjung ketempat yang diinginkan, salah satunya mengunjungi lokasi air terjun Haratai dan tempat wisata lainnya yang mempesona. Tentunya hal ini bisa menambah penghasilan mereka,” kata Nafi.
Meski musim kemarau membuat debit air Sungai Amandit menyusut, wisata tetap berjalan. Masyarakat bergotong royong berusaha menyingkirkan batu-batu besar di sungai demi menjaga jalur tubing tetap aman.
“Saat arus tenang justru jadi waktu yang tepat untuk pemula,” ujar Lana, yang juga dipercaya sebagai pengelola Home Stay Harum Manis.
Peningkatan jumlah wisatawan ke Kalimantan Selatan pun menunjukkan tren positif. Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kunjungan wisatawan per Juni 2025 mencapai 1.652.216 orang, hampir dua kali lipat dari tahun sebelumnya yakni sekitar 853.370 orang.
Konsep ekonomi hijau pun menjadi fokus ke depan. Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kalimantan Selatan, Fadjar Majardi beberapa waktu lalu, menyatakan bahwa ketergantungan pada pertambangan harus beralih ke sektor yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Dengan isu perubahan iklim yang semakin mencuat dalam satu dekade terakhir, transisi menuju ekonomi hijau bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. Di sini, Kalimantan Selatan punya peluang besar menjadi contoh pembangunan berkelanjutan dengan Geopark Meratus sebagai pusatnya.
“Ekonomi hijau adalah membangun peradaban yang peduli lingkungan dan kesejahteraan masa depan,” ujarnya.
Loksado, dengan segala potensinya, menjadi cermin bagaimana investasi lokal dan kesadaran masyarakat bisa menggerakkan ekonomi berbasis alam. Teknologi informasi juga dimanfaatkan untuk mendekatkan wisatawan dengan penyedia jasa lokal.
Pemuda dilibatkan, infrastruktur dibenahi, dan kebijakan diarahkan untuk memberi ruang partisipasi. Bahkan di beberapa desa, pemberian insentif investasi dan pelatihan kewirausahaan telah meningkatkan keterlibatan masyarakat secara signifikan.
![]() |
DESTINASI: Wisatawan dapat menikmati ragam destinasi salah satunya, air terjun Haratai - Foto Dok |
Kini, Sungai Amandit tak hanya mengalirkan air, tetapi juga harapan bahwa pariwisata yang dikelola bijak dapat menjadi jalan menuju kesejahteraan tanpa merusak alam.
“Faktor keamanan menjadi salah satu kunci kenyamanan pengunjung dan juga para investor yang ingin berinvestasi,”tutur Lana.
BACA JUGA: Menyambung Asa Pertumbuhan Ekonomi Kalsel 8%
Warga setempat menjaga hal tersebut dengan baik agar pesona pariwisata di Loksado tak pudar.
“Sungai dan gunung di Loksado adalah sumber kehidupan kami,”harap Lana.
Dengan semangat gotong royong, kelestarian budaya, dan dukungan pengakuan dunia lewat UNESCO, Loksado berdiri sebagai simbol pariwisata masa depan, alami, lestari, dan penuh makna. (fs/ak)