Cacar Monyet Sudah Masuk Indonesia, Begini Penanganannya Menurut IDI

IDI:  Ketua PB IDI dr. Moh. Adib Khumaidi - Foto Net


HABARDIGITAL.COM, JAKARTA - Kasus cacar monyet atau monkeypox di Jakarta kembali bertambah. 

Sejauh ini, terdapat catatan riwayat perjalanan kasus cacar monyet, yaitu satu kasus pada Agustus 2022 yang telah sembuh, satu kasus pada 13 Oktober 2023 (pasien masih dalam isolasi di rumah sakit), empat kasus pada 21 Oktober 2023 yang masih dalam proses rujukan dan menjalani isolasi di rumah sakit.

PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) angkat bicara terkait temuan kasus cacar monyet tersebut. Ketua PB IDI dr. Moh. Adib Khumaidi mengungkapkan, upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran cacar monyet perlu dilakukan surveilans epidemiologi.

BACA JUGA: Pesawat Tempur Israel Serang 3 Rumah Sakit, Termasuk RS Indonesia di Gaza


"Kita punya risiko untuk penyebaran penyakit menular sehingga salah satu upaya untuk mencegah penularan itu adalah melakukan surveilans epidemiologi. Surveilans ini berada di tingkat paling bawah pelayanan kesehatan yaitu puskesmas," jelasnya saat ditemui Basra disela kunjungannya di Surabaya, belum lama ini.


Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif.

"Peran dari puskesmas menjadi sangat penting, bukan sekadar mengobati saja tapi juga mencegah supaya jangan sampai terjadi penyebaran (penyakit). Bagian kegiatan dari surveilans itu menjadi sangat penting yaitu tracking," tuturnya.

Adib melanjutkan tracking atau penelusuran dimaksudkan untuk mengetahui yang bersangkutan telah bepergian dari mana dan berkomunikasi dengan siapa saja.

"Info yang kami dapat Dinkes (Jakarta) telah melakukan cek kontak erat dan mudah-mudahan tidak sampai terjadi penyebaran," imbuhnya.

Terkait perlu dilakukan tidaknya isolasi, Adib menegaskan untuk kasus penyakit menular sejatinya perlu dilakukan tindakan isolasi.

"Isolasi dalam masa tertentu untuk penyakit menular pasti dibutuhkan," tukasnya.

BACA JUGA: Perang Israel-Hamas: Konvoi Truk Bantuan Kedua Tiba di Gaza

Adib lantas mengingatkan pentingnya masyarakat mengetahui tentang gejala-gejala dari cacar monyet. Sehingga jika sudah mengetahui gejalanya maka ketika menemukan kasusnya dapat segera melakukan pelaporan.

"Jadi ketika sudah ada pelaporan, tim surveilans bisa segera melakukan deteksi, tracking, dan kemudian bisa melakukan proses isolasi," tandasnya.

Sementara itu dikutip dari laman Kemenkes, pada manusia, gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar air, namun lebih ringan. Gejala dimulai dengan demam, sakit kepala, nyeri otot, dan kelelahan.

Perbedaan utama antara gejala cacar air dan cacar monyet adalah bahwa cacar monyet menyebabkan pembengkakan pada kelenjar getah bening (limfadenopati) sedangkan cacar air tidak. Masa inkubasi cacar monyet biasanya berkisar dari 6 hingga 13 hari tetapi dapat pula 5 hingga 21 hari.(net/ak)

Lebih baru Lebih lama