Bertahan Hidup dengan 'Tanggui', Sembari Menanti Secercah Harapan

CEKATAN: Nenek Ramnah sangat cekatan dalam membuat tanggui - Foto Dok 


HABARDIGITAL.COM, BANJARMASIN - Terpancar raut wajah penuh harapan seorang nenek tua renta dari balik dinding dapur rumahnya yang sederhana di pinggiran Sungai Kuin, Kalimantan Selatan.

Sosok nenek itu ialah Ramnah (68) seorang pengrajin di Kampung Tanggui, yang sudah bergelut dengan tekun membuat kerajinan tanggui atau topi khas tradisional daerah Kalimantan Selatan. 

Di tengah barang serba modern dari kulit dan plastik, kerajinan tanggui yang terbuat dari daun nipah masih bisa bertahan. Jari-jari nenek itu masih terlihat cekatan merangkai dan menjahit daun nipah membentuk bundar.

Di tangan para ibu-ibu daerah Kuin dan Alalak kerajinan warisan budaya  turun-temurun tersebut masih lestari. Ya, mereka melakukanya demi mencukupi kekurangan kebutuhan keluarga.

Nenek Ramnah mengaku sudah sejak kecil bisa membuat kerajinan tanggui tersebut, yang dipelajarinya dari orang-orang tua dahulu. Dan ini pekerjaan rumah untuk mencukupi kekurangan kebutuhan keluarganya sehari-hari. 


“Hampir sepanjang umur saya sudah menjadi pengrajin tanggui, bisa disebut pekerjaan ini sebagai warisan nenek moyang,” ungkapnya, Selasa (10/9/2023).


Tinggal di RT 05, Kelurahan Kuin Cerucuk, Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalsel, nenek Ramnah tidak melakukannya sendiri, terkadang ia dibantu oleh sanak saudaranya, apabila mendapat pesanan yang banyak dan memerlukan waktu singkat untuk menyelesaikannya.

Nenek Ramnah juga mengatakan, ia bersama 10 pengrajin lainnya juga tergabung dalam Kelompok Kasih Sayang Ibu yang diketuai oleh Bapak RT setempat, Pak Husin.

Menurut nenek Ramnah, merangkai tanggui perlu ketelitian dan kesabaran, kalau tidak, maka hasilnya bisa menjadi kurang maksimal dan tidak bisa di jual.

Ia mengaku, tanggui-tanggui yang dibuatnya baru berbentuk bakal (belum sempurna jadi), sebab belum dilengkapi tukup atas dan salupu tangguinya.

“Tukup atas dan salupu artinya topi di kepala tanggui nya, nah nanti ada pengrajinnya lagi yang mengerjakan hingga selesai sempurna,” jelasnya.

Sebenarnya, nenek Ramnah bisa saja mengerjakan satu tanggui hingga selesai sempurna, namun yang namanya manusia alangkah baiknya berbagi rezeki kepada sanak saudara atau sesama pengrajin yang juga perlu untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Diungkapkan nenek Ramnah, bahan untuk membuat tanggui dari daun nipah tersebut cukup sulit didapat, sebab sekarang cukup jauh mencarinya, yakni di daerah Pulau Kembang Kabupaten Batola.

“Daun yang dibuat tanggui itu adalah pucuknya, tidak bisa daun yang sudah tua, sebab daun nipah yang sudah tua tidak akan mudah dibentuk dan mudah sobek. Makanya yang diambil pucuknya saja, itupun harus dikeringkan dulu baru bisa diolah,” terangnya.

Para pengrajin tanggui di daerahnya tersebut juga kebanyakan para ibu-ibu rumah tangga. Mereka menjadi pengrajin tanggui sebagai pekerjaan sampingan membantu suami.

PENJUALAN: Hasil kerajinan tanggui dijual di Kampung Tanggui, Kuin Cerucuk - Foto Dok 


Menurutnya, hasil tanggui yang mereka kerjakan biasanya dibeli para pengumpul untuk dipasarkan lagi ke daerah-daerah Hulu Sungai atau daerah yang banyak lahan pertanian lainnya. 

“Harga yang dijual bervariasi mulai ukuran kecil dibanderol Rp 5 ribu hingga ukuran besar standar mencapai Rp 20 ribu, adapun yang bermotif, harganya disesuaikan. Biasa paling banyak itu saat musim orang panin padi bahkan tak sedikit juga para pengumpul langsung borong tanggui kita,”ujarnya.

Namun nenek Ramnah juga sering kebingungan dalam segi permodalan, kalaupun sudah ada modal terkadang terkendala pemasarannya. Nenek Ramnah dan pengrajin lainnya belum paham banyak terkait pemasaran yang saat ini sudah tampak canggih.

"Kami susah untuk mendapatkan modal, pernah beberapa tahun yang lalu menerima bantuan dana tunai gabungan dari Pertamina melalui dewan kelurahan, namun kami tidak mengerti bantuan tersebut digunakan untuk sebagaimana mestinya, nilainya pun terbilang cukup untuk bertahan hidup saja," jelasnya.

Nenek Ramnah sendiri sebenarnya sudah pernah mendapatkan penghargaan dan sertifikat atas hasil karyanya yang menjadi juara 2 kerajinan tanggui. Ia juga mengaku memiliki izin usaha jelas, sehingga tidak diragukan lagi kalau ada pihak terkait yang ingin merangkul usahanya untuk dikembangkan.

KAMPUNG: Keberadaan kampung tanggui di Kuin Cerucuk, Banjarmasin - Foto Dok 


Bersama kerabat-kerabatnya Ia pun berharap, bisa diberdayakan untuk mengembangkan usahanya tersebut, sebab Ia dan warga tinggal di wilayah yang cukup dekat dengan area PT Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan melalui unit operasinya Integrated Terminal (IT) Banjarmasin.

"Semoga dengan adanya invasi energy dari PT Pertamina Patra Niaga melalui pemberdayaan masyarakat program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat, kami sebagai pengrajin bisa diberdayakan, agar berkembang, maju, pemasaran lebih luas, tentunya perekonomian semakin meningkat," harapnya.(fs/ak)

Lebih baru Lebih lama